web page hit counter
back to top
Sunday, December 14, 2025

“We Believe in One God”: Tonggak Sejarah 60 Tahun Dialog Katolik-Metodis

ROMAVeritas Indonesia, Dalam sebuah langkah signifikan bagi persatuan umat Kristen, Gereja Katolik dan Dewan Metodis Dunia (World Methodist Council) telah merilis publikasi bersama baru berjudul “We Believe in One God” (Kami Percaya pada Satu Allah), yang menandai enam dekade dialog formal antara kedua persekutuan global ini.

Diterbitkan oleh Libreria Editrice Vaticana pada tanggal 12 Desember 2025, buku ini berfungsi baik sebagai catatan sejarah maupun peta jalan untuk masa depan. Volume ini menyintesiskan karya Komisi Internasional Metodis-Katolik Roma (MERCIC) sejak tahun 1967, menawarkan pandangan jujur mengenai kemajuan yang telah dicapai menuju kesatuan yang tampak sepenuhnya.

Sebuah Catatan Harapan

Peluncuran ini terjadi pada tahun yang penting bagi Kekristenan—peringatan ke-1.700 Konsili Nicea, upaya pertama Gereja untuk mencapai konsensus tentang kodrat Allah.

Dalam kata pengantar buku tersebut, komisi bersama menggambarkan teks ini sebagai “catatan harapan dan panggilan menuju persekutuan yang lebih dalam,” yang dimaksudkan sebagai hadiah bagi semua gereja yang menegaskan iman mereka kepada Allah Tritunggal.

Meskipun Metodisme bermula sebagai gerakan kebangunan rohani di dalam Gereja Inggris (Church of England) pada abad ke-18—yang berarti tidak ada sejarah perpisahan formal secara langsung antara Metodis dan Katolik—publikasi ini mengakui bahwa “perpecahan itu nyata.” Teks tersebut menyerukan “penyembuhan ingatan” dan penceritaan kembali sejarah untuk menghormati para korban serta menumbuhkan rasa saling percaya.

Titik Temu dalam Ibadah

Salah satu sorotan yang paling membesarkan hati dalam buku ini adalah “konvergensi yang luar biasa” mengenai Ekaristi.

Laporan tersebut mencatat adanya saling memperkaya yang terjadi dalam ibadah: Umat Metodis semakin mengakui bahwa “Meja Tuhan adalah bagian dari kepenuhan ibadah Kristen,” sementara umat Katolik memperdalam apresiasi mereka terhadap “pentingnya pewartaan Sabda yang mendasar.”

Meskipun interkomuni penuh belum dimungkinkan, dokumen tersebut menegaskan kembali bahwa umat Metodis dan Katolik harus saling menyambut untuk menghadiri perayaan Ekaristi masing-masing, serta mendorong umat beriman untuk memanfaatkan sepenuhnya ketentuan ekumene yang ada saat ini.

Menavigasi Perbedaan

Publikasi ini tidak menghindar dari tantangan-tantangan yang masih ada. Buku ini menyajikan ringkasan yang jelas dan padat tentang keyakinan bersama, namun juga secara jujur membahas perbedaan perspektif mengenai hakikat Gereja, struktur otoritas, dan pengambilan keputusan.

Para penulis mengakui perlunya studi lebih lanjut mengenai isu-isu sosial dan teologis yang sensitif di mana kedua tradisi berbeda pendapat, termasuk penahbisan perempuan, pernikahan sesama jenis, dan isu-isu bioetika seperti kontrasepsi dan aborsi.

Relevansi bagi Umat Kristen di Indonesia

Peluncuran dokumen ini memiliki resonansi yang kuat bagi konteks Indonesia. Gereja Methodist memiliki akar sejarah yang panjang di Nusantara, khususnya melalui kehadiran Gereja Methodist Indonesia (GMI) yang mulai berkembang sejak kedatangan misionaris Amerika di Sumatera pada awal abad ke-20 (sekitar tahun 1905).

Sebagai salah satu anggota aktif Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), umat Metodis di Indonesia sering kali bekerja sama dengan Gereja Katolik dalam berbagai forum advokasi sosial, pendidikan, dan pesan Natal bersama PGI-KWI.

Penerbitan buku “We Believe in One God” ini memberikan landasan teologis yang lebih kokoh bagi kerja sama praktis tersebut. Di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, penekanan dokumen ini—untuk beralih dari kompetisi memperebutkan umat menjadi “pertobatan hati” bersama—sangat relevan untuk menghindari gesekan (proselitisme) dan justru memperkuat kesaksian Kristen yang bersatu dalam isu-isu kebangsaan dan kemanusiaan.

Menatap Masa Depan

Terlepas dari rintangan-rintangan ini, “We Believe in One God” adalah bukti ketekunan. Dengan merangkum buah-buah dari enam puluh tahun terakhir, Gereja Katolik dan Dewan Metodis Dunia berkomitmen kembali pada perjalanan dialog, menaruh “keyakinan mereka pada tuntunan penyelenggaraan ilahi Allah.”

Buku ini hadir sebagai undangan bagi umat Kristen di mana pun untuk beralih dari dialog “mempertobatkan orang lain” menjadi “pertobatan hati,” serta mendefinisikan kembali misi sebagai perjumpaan persekutuan (communion).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Terbaru

Populer