Harapan dari Roma: Kisah Dua Peziarah Surabaya di Jantung Yubileum 2025

284

Bagi jutaan umat Katolik, Tahun Yubileum adalah panggilan suci. Bagi dua peziarah dari Surabaya, perjalanan ini menjadi titik balik personal yang membekas, jauh melampaui ritual dan keramaian.

Oleh: Fr. Kasmir Nema, SVD. 

Roma-Udara sejuk akhir September menyelimuti Roma, namun di Pelataran Santo Petrus, Vatikan, kehangatan terasa berbeda. Ia terpancar dari semangat ribuan peziarah yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk satu tujuan: merayakan Tahun Yubileum 2025, sebuah momen langka yang menjadi panggilan untuk pengampunan dan pembaruan iman.

Di tengah lautan manusia itu, sekelompok peziarah dari Surabaya yang tergabung dalam komunitas “Bronsis” melangkah khusyuk. Selama dua pekan, sejak 25 September hingga 9 Oktober 2025, mereka menapaki rute-rute suci, dari basilika-basilika utama hingga gereja-gereja kuno. Puncaknya adalah kehadiran mereka dalam Audiensi Umum bersama Paus Leo XIV pada 1 Oktober, sebuah momen yang mereka sebut “tak tergantikan”.

Di antara rombongan itu, ada dua kisah yang menyingkap wajah ziarah yang sesungguhnya.

Melewati Pintu Suci, Membuka Pintu Hati

Bagi Jimmy Assana Liem, perjalanan ini melampaui sekadar wisata rohani. Ia datang dengan sebuah kerinduan pribadi akan pertobatan. Matanya berbinar saat menceritakan pengalamannya melewati Porta Santa atau Pintu Suci di Basilika Santo Petrus.

“Perjalanan ini adalah pengalaman iman yang luar biasa,” ujar Jimmy. “Kita mungkin sudah mengaku dosa, tetapi kita tetap membutuhkan pengampunan Allah. Melalui Yubileum dan melewati Pintu Suci, saya merasa diteguhkan untuk bertobat secara nyata.”

Baginya, momen itu bukan sekadar tradisi. Di tengah gema doa yang bersahutan dan cahaya yang menimpa mozaik kuno, setiap langkah terasa sarat makna. “Melewati Pintu Suci adalah tanda harapan baru. Indulgensi (pengampunan dosa sementara) yang dianugerahkan Gereja mengajak kita semua untuk benar-benar memperbarui hidup,” lanjutnya.

Dorongan Keluarga yang Berbuah Perjumpaan Pribadi

Berbeda dengan Jimmy, langkah Olivia Tjahjono ke Roma justru diawali oleh dorongan keluarga. “Jujur, orang tua yang ingin saya merasakan makna ziarah secara langsung,” katanya. Keraguan yang sempat ada di benaknya sirna saat Roma menyambutnya dengan perjumpaan yang tak ia duga.

Audiensi Umum bersama Paus Fransiskus menjadi titik baliknya. Berdiri di tengah ribuan orang, Olivia merasakan sebuah paradoks. “Prosesnya panjang dan teratur. Meski panas dan padat sampai punggung basah, anehnya, di tengah sesak itu, saya merasa dikuatkan. Semua orang seperti saling menopang,” kenangnya.

Sebuah momen singkat namun membekas dalam terjadi saat ia berdiri hanya sekitar satu meter dari Sang Paus. “Sekejap mata, namun dampaknya panjang,” ujarnya. Hari-hari berikutnya, setiap altar, relik, dan batu kuno yang ia kunjungi seakan berbicara dalam bahasa yang sama: Tuhan hadir dalam setiap langkah perjalanan.

Gereja yang Bergerak Bersama

Kisah Jimmy dan Olivia adalah cerminan dari dua wajah ziarah: satu lahir dari kerinduan pribadi akan pertobatan, satu lagi tumbuh dari ajakan yang berbuah menjadi pengalaman iman mendalam. Keduanya bertemu pada muara yang sama: perjumpaan dengan Tuhan yang menghidupkan, yang dirasakan melalui ritus suci, kebersamaan, dan denyut Gereja yang bergerak serempak.

Mereka, bersama 30 peziarah lainnya dalam rombongan yang dikoordinasi oleh Karmel Tour & Travel, telah kembali ke Tanah Air. Namun, mereka pulang bukan hanya dengan foto dan kenangan, melainkan dengan hati yang lebih ringan dan bekal perjalanan batin untuk menebarkan harapan.

Tahun Yubileum 2025 telah membuka pintunya, mengundang siapa saja untuk datang dan menemukan pembaruan. Seperti Jimmy dan Olivia, para peziarah membuktikan bahwa terkadang, perjalanan ribuan kilometer diperlukan hanya untuk menemukan jalan kembali ke dalam hati.

Tertarik berziarah dan melewati Pintu Suci di Roma pada Tahun Yubileum?

Hubungi Karmel Tour Surabaya melalui Instagram: @karmeltoursurabaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here