Beirut, 2 Desember-Veritas Indonesia – Paus Leo XIV telah resmi menyelesaikan Perjalanan Apostoliknya ke Türkiye dan Lebanon pada hari Selasa. Sebelum bertolak kembali ke Roma dari Bandara Internasional Rafic Hariri, Beirut, Bapa Suci meninggalkan pesan kuat bagi “Negeri Aras” tersebut: seruan untuk dialog, persaudaraan, dan rekonsiliasi di seluruh Timur Tengah.
Dalam upacara perpisahan, Paus menekankan visi perdamaian yang merangkul semua pihak, bahkan mereka yang saat ini masih saling bermusuhan.
“Kami berharap dapat melibatkan seluruh Timur Tengah dalam semangat persaudaraan dan komitmen terhadap perdamaian ini, termasuk mereka yang saat ini menganggap diri mereka sebagai musuh,” ujar Paus Leo XIV menutup kunjungan enam harinya.
Damai Sebagai Sebuah Jalan
Melihat kembali hari-harinya di Lebanon, Paus menyoroti warisan spiritual negara tersebut dan ketangguhan rakyatnya. Ia secara khusus mengenang kunjungannya ke makam Santo Charbel dan devosi mendalam kepada Perawan Maria yang dijunjung tinggi baik oleh umat Kristen maupun Muslim.
Namun, Bapa Suci tidak menutup mata terhadap penderitaan yang sedang terjadi. Menyapa wilayah-wilayah yang tidak sempat dikunjunginya—seperti Tripoli, Beqaa, dan Lebanon Selatan yang tengah dilanda konflik—Paus menyerukan penghentian permusuhan.
“Kita harus mengakui bahwa perjuangan bersenjata tidak membawa keuntungan. Sementara senjata itu mematikan, negosiasi, mediasi, dan dialog itu konstruktif,” tegas Paus. “Marilah kita semua memilih damai sebagai jalan, bukan hanya sebagai tujuan!”
Mengutip kata-kata Santo Yohanes Paulus II, ia mengingatkan kembali bahwa “Lebanon lebih dari sekadar negara; ia adalah sebuah pesan.”
Misa Kudus: Jadilah Pengrajin Perdamaian
Sebelumnya pada Selasa pagi, dalam Misa penutup di Beirut Waterfront, Paus Leo XIV menyerukan kepada umat Kristen Lebanon untuk menjadi “pengrajin perdamaian” di tengah ketidakstabilan.
“Jalan permusuhan dan kehancuran dalam kengerian perang telah ditempuh terlalu lama… Kita perlu mengubah haluan; kita perlu mendidik hati kita untuk perdamaian,” ujarnya.
Ia mengajak umat beriman untuk tidak kehilangan harapan meski hasil dari upaya perdamaian terasa lambat, seraya memanjatkan doa khusus bagi para korban perang di Timur Tengah dan wilayah lain yang berkonflik.
Momen Hening di Pelabuhan Beirut
Salah satu momen paling emosional dalam kunjungan ini terjadi ketika Paus Leo XIV mengunjungi lokasi ledakan Pelabuhan Beirut tahun 2020. Di tengah keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara helikopter dan kamera, Bapa Suci berdiri berdoa di depan monumen korban, dengan latar belakang reruntuhan silo gandum yang hancur.
Paus menyentuh karangan bunga mawar merah, menyalakan lilin, dan bertemu dengan keluarga korban yang menuntut keadilan.
Nada Abdelsater, yang mewakili keluarga korban, membawa foto Isaac, korban termuda berusia dua tahun, serta syal bergambar wajah para korban untuk diberkati.
“Kami ingin memberikan ini kepada Paus Leo sebagai tanda kunjungannya ke tanah terberkati ini, tanah yang menyimpan jasad dan darah para korban kami,” ungkap Nada.
Keluarga korban lainnya, seperti Cecile Rukoz dan Tatiana Hasrouty, menyatakan rasa terima kasih mereka karena Paus turut menyuarakan “rasa sakit serta dahaga akan kebenaran dan keadilan” bagi keluarga yang ditinggalkan.
Pesan Harapan untuk Orang Muda
Dalam pertemuannya dengan orang muda di Bkerké, Paus Leo XIV menyapa mereka dengan salam “Assalamu alaikum” dan mendengarkan kesaksian tentang keberanian di tengah penderitaan.
Menggunakan metafora pohon aras, lambang nasional Lebanon, Paus mengajak kaum muda untuk memiliki akar yang kuat seperti pohon tersebut.
“Masih ada waktu untuk merencanakan, bermimpi, dan berbuat baik,” pesannya kepada ribuan anak muda yang hadir. Ia mengingatkan bahwa cinta kasih dan persahabatan sejati—yang menempatkan kepentingan orang lain di atas ego—adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik.
Paus menutup pesannya dengan mendorong kaum muda untuk tidak menyerah pada keputusasaan dan terus berdoa, meneladani orang-orang kudus seperti Santo Charbel dan Beato Carlo Acutis.
“Seluruh Gereja memandang kalian dengan kasih sayang dan kekaguman. Semoga Perawan Maria, Bunda Maria dari Harissa, senantiasa melindungi kalian,” tutup Paus Leo XIV sebelum meninggalkan tanah Lebanon.
*Disadur dan diolah oleh Veritas Indonesia dari sumber resmi Vatican News.








