ISTANBUL, 29 November-Veritas Indonesia – Pemimpin Gereja Katolik, Paus Leo XIV, melanjutkan Kunjungan Apostoliknya yang bersejarah di Turki dengan serangkaian pertemuan yang menyentuh hati di Istanbul.
Dalam kunjungan luar negeri pertamanya sejak terpilih pada Mei 2025 ini, Paus asal Amerika Serikat tersebut membawa pesan kuat tentang persaudaraan, dialog antaragama, dan kasih bagi mereka yang terpinggirkan.
Disarikan dari laporan langsung Vatican News, berikut adalah rangkuman momen-momen penting perjalanan Paus Leo XIV di kota yang menjadi jembatan antara Asia dan Eropa ini.
Keheningan Penuh Hormat di Masjid Biru
Pada Sabtu pagi (29/11), Paus Leo XIV mengunjungi Masjid Sultan Ahmed, atau yang dikenal dunia sebagai Masjid Biru. Kunjungan ini mengikuti tradisi para pendahulunya—Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus—sebagai gestur penghormatan tertinggi terhadap umat Muslim.
Disambut oleh Imam Aşkın Musa Tunca, Paus diajak mengagumi keagungan arsitektur abad ke-17 tersebut. Sebagaimana dilaporkan Vatican News, momen paling kuat terjadi saat Imam Tunca mempersilakan Paus jika ingin berdoa.
Berbeda dengan gestur doa hening Paus Fransiskus pada 2014, Paus Leo XIV memilih pendekatan yang disebutnya sebagai “kontemplasi penuh hormat”. Beliau berdiri dalam keheningan, meresapi atmosfer spiritual tempat tersebut tanpa mendaraskan doa liturgis, sebuah sikap yang beliau jelaskan sebagai cara untuk “merasakan kehadiran umat beriman yang bersujud di sini” dan menghormati “rumah Allah” bagi saudara-saudari Muslim.
“Logika Kecil” bagi Umat di Katedral Roh Kudus
Sehari sebelumnya, pada Jumat (28/11), Paus Leo XIV bertemu dengan komunitas Katolik setempat di Katedral Roh Kudus (Saint Esprit) di Istanbul. Di hadapan para uskup, imam, biarawan-biarawati, dan umat beriman yang memadati katedral, Paus menyampaikan pesan penguatan bagi “kawanan kecil” Gereja di Turki.
Dalam homilinya, Paus menekankan “logika kecil” (logic of littleness), mengingatkan umat bahwa menjadi minoritas bukanlah sebuah kelemahan, melainkan kesempatan untuk menjadi ragi yang membawa damai.
Paus juga menyapa secara khusus para pengungsi dan migran yang hadir, menegaskan bahwa Gereja adalah rumah bagi semua orang, terutama mereka yang terpaksa meninggalkan tanah airnya. Pertemuan ini menjadi momen sukacita yang meneguhkan iman komunitas Katolik yang beragam di negara tersebut.
Sapaan Kasih di Panti Jompo Little Sisters of the Poor
Salah satu momen paling emosional dalam kunjungan ini adalah saat Paus Leo XIV mengunjungi panti jompo yang dikelola oleh para suster Little Sisters of the Poor (Suster-suster Kecil Orang Miskin) di Istanbul.
Bapa Suci meluangkan waktu untuk menyapa satu per satu para lansia yang dirawat di sana, memegang tangan mereka, dan mendengarkan kisah mereka. Dalam sambutannya, Paus mengingatkan para suster dan staf bahwa “rahasia amal kasih Kristiani bukan hanya melakukan sesuatu untuk orang lain, tetapi berada bersama orang lain dalam persekutuan persaudaraan.”
Paus Leo memuji para lansia sebagai “hikmat bagi suatu bangsa” dan “harta karun bagi masyarakat,” seraya memberkati panti tersebut. Di buku tamu, Paus menuliskan pesan berkat bagi para penghuni dan ucapan terima kasih atas pelayanan tulus para suster yang merawat mereka dengan penuh cinta.
Kunjungan Paus Leo XIV di Turki ini dilakukan dalam rangka peringatan 1.700 tahun Konsili Nicea, sebuah momen penting untuk persatuan umat Kristiani.
Setelah Istanbul, Paus dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Lebanon untuk membawa pesan perdamaian di tengah situasi kawasan yang menantang.
*Disadur dan diolah oleh Veritas Indonesia dari sumber resmi Vatican News.








