“Damai Sejahtera bagi Kamu”: Paus Merenungkan Kebangkitan dalam Audiensi Umum

28

Oleh: Fr. Kasmir Nema, SVD.

Vatikan, 1 Oktober 2025-Dalam Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus, Paus Leo XIV menempatkan damai sejahtera sebagai pusat katekese tentang Kebangkitan.

Ia mengingatkan para peziarah dari berbagai belahan dunia, termasuk kehadiran kuat dari negara-negara Indonesia, bahwa salam Kristus “Damai sejahtera bagi kamu” adalah sekaligus anugerah dan perutusan bagi Gereja di zaman ini.

Kebangkitan sebagai Kemenangan Kasih

Paus menegaskan bahwa Kebangkitan bukanlah balas dendam atau kemenangan yang penuh gemerlap, melainkan kasih yang bangkit setelah dikhianati dan menderita. “Yesus tidak kembali dengan sikap berkuasa,” katanya. “Ia kembali dengan kelembutan dan sukacita kasih yang lebih kuat dari luka apa pun.”

Pesan ini dihubungkan dengan homilinya pada Paskah 2025, ketika ia menyebut Kebangkitan sebagai “revolusi kelembutan.” Saat itu, ia menekankan bahwa kemenangan sejati orang Kristen bukanlah menaklukkan orang lain, melainkan mengubah penderitaan menjadi kasih.

Luka sebagai Tanda Pengampunan

Paus merefleksikan bagaimana Kristus yang bangkit menunjukkan luka-luka sengsara-Nya kepada para murid. Luka itu bukan tanda kegagalan, melainkan tanda pengampunan. “Luka itu meneguhkan kasih yang lebih kuat dari ketidaksetiaan mana pun,” ujarnya.

Refleksi ini mengingatkan kembali pada seruannya dalam doa vigili perdamaian bulan Juni 2025: “Luka kita tidak boleh membuat kita keras; luka itu dapat menjadi sarana rekonsiliasi jika kita membiarkan belas kasih Allah menyentuhnya.”

Dengan menunjuk pada luka-Nya, Kristus mengajarkan bahwa pengampunan bukanlah menghapus penderitaan, tetapi mengubahnya menjadi harapan dan pemulihan.

“Damai Sejahtera bagi Kamu”: Sebuah Perutusan

Dengan salam damai, Yesus mempercayakan misi kepada para rasul untuk menjadi alat rekonsiliasi. Dengan menghembuskan Roh Kudus, Kristus memberi mereka kekuatan untuk bersaksi bahwa Allah mengampuni, mengangkat, dan memulihkan. “Inilah inti misi Gereja,” tegas Paus, “bukan menguasai, tetapi mewartakan damai dan belas kasih.”

Ia mengaitkan pesan ini dengan katekese Yubileum 2025, di mana ia berulang kali menekankan bahwa damai sejahtera adalah buah dari kedisiplinan murid Kristus. Dalam doa Angelus bulan Agustus, Paus pernah mengingatkan: “Jangan menjadi penonton perpecahan. Jadilah pengrajin damai, penabur dialog, dan pembangun jembatan.”

Peziarah Asia dan Doa Rosario untuk Damai

Ribuan peziarah hadir, termasuk dari Asia: Kamboja, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Lebanon, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Kehadiran mereka menjadi tanda bahwa pesan Kristus melampaui batas budaya dan bahasa, menyatukan umat beriman dalam satu harapan: damai sejahtera dari kebangkitan.

Memasuki bulan Rosario, Paus kembali mengajak umat berdoa Rosario setiap hari untuk damai dunia. Ia mengingatkan kata-katanya dalam Kongres Akademi Maria awal tahun ini: “Rosario bukan doa pelarian, tetapi doa yang membentuk damai di hati kita agar mengalir ke dunia.”

Menutup audiensi, Paus mendoakan semua yang hadir agar damai Kristus menjadi nyata dalam hidup dan komunitas mereka: “Semoga damai Kristus yang bangkit menyertai kamu sekalian.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here