“Ini Pembunuhan Sistematis”: Caritas Internationalis Sebut Kelaparan di Gaza adalah Strategi yang Disengaja

9

Penulis: P. Kasmir Nema, SVD. 

ROMA – Sedikitnya 273 warga sipil, termasuk 112 anak-anak, dilaporkan tewas akibat kelaparan di Gaza bahkan sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mendeklarasikan status darurat kelaparan pada 22 Agustus lalu. Menanggapi tragedi ini, jaringan kemanusiaan Katolik global, Caritas Internationalis, mengecam keras kondisi tersebut sebagai “kelaparan buatan” yang merupakan hasil dari sebuah “pilihan yang disengaja”.

Krisis kemanusiaan ini mencapai puncaknya setelah pasukan Israel menyerbu Kota Gaza pada 20 Agustus, wilayah di mana hampir satu juta warga sipil yang terlantar mencari perlindungan.

Dalam sebuah pernyataan tajam yang dirilis pada Senin (25/8), Caritas menegaskan bahwa situasi ini bukanlah kecelakaan tragis. “Ini bukan perang. Ini adalah penghancuran sistematis kehidupan sipil,” tulis organisasi tersebut.

Menurut Caritas, kelaparan yang melanda Gaza merupakan sebuah strategi terencana. “[Ini adalah] strategi yang disengaja: memblokir bantuan, mengebom konvoi makanan, menghancurkan infrastruktur, dan menolak kebutuhan dasar,” lanjut pernyataan itu.

Dunia Internasional Dikecam karena Bungkam

Caritas Internationalis juga mengkritik keras sikap diam dan keterlibatan negara-negara kuat yang dinilai telah memberikan legitimasi terhadap krisis yang sedang berlangsung. Organisasi tersebut memperingatkan bahwa kegagalan komunitas internasional untuk bertindak adalah cerminan dari runtuhnya tanggung jawab moral dan martabat kemanusiaan.

“Diam bukanlah netralitas, melainkan bentuk dukungan,” tegas Caritas.

Mengutip ensiklik Fratelli Tutti dari Paus Fransiskus, Caritas mengingatkan dunia: “Kita semua diselamatkan bersama, atau tidak seorang pun diselamatkan.” Organisasi ini juga merujuk pada ayat Kitab Suci sebagai landasan moral seruannya, termasuk Amsal 31:8, “Belalah orang yang tidak dapat membela dirinya.”

Seruan Aksi Mendesak

Menyikapi krisis yang disebutnya sebagai “ujian integritas moral” ini, Caritas Internationalis mengeluarkan enam tuntutan mendesak kepada dunia:

  1. Gencatan Senjata Permanen: Segera memberlakukan gencatan senjata yang permanen dan berkelanjutan.
  2. Akses Kemanusiaan Tanpa Batas: Membuka semua jalur akses untuk pengiriman bantuan pangan dan medis tanpa hambatan.
  3. Pembebasan Sandera: Membebaskan semua sandera dan tahanan yang ditahan secara sewenang-wenang.
  4. Perlindungan Sipil: Menempatkan pasukan penjaga perdamaian PBB untuk melindungi warga sipil.
  5. Pertanggungjawaban Hukum: Menyeret para pelaku kejahatan ke pengadilan nasional maupun internasional.
  6. Implementasi Putusan ICJ: Melaksanakan sepenuhnya Opini Penasihat Mahkamah Internasional (ICJ) Juli 2024, termasuk menghentikan pendudukan ilegal dan aktivitas permukiman Israel, serta memberikan reparasi.

Caritas menutup pernyataannya dengan seruan global kepada seluruh umat beriman untuk bersuara, menekan pemerintah masing-masing, dan menuntut keadilan bagi rakyat Gaza.

“Kelaparan di Gaza adalah ujian integritas moral, dan terlalu banyak yang telah gagal. Membiarkan rakyat kelaparan berarti mencemarkan kehidupan. Diam berarti ikut bersekongkol.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here