Penulis: P. Kasmir Nema, SVD
Roma, 9 November 2025–Veritas Indonesia. Dalam rangka pesta tahunan Dedicazione Basilika San Giovanni in Laterano (Peresmian Basilika Santo Yohanes Lateran), Paus Leo XIV memimpin Perayaan Ekaristi meriah pada Minggu, 9 November 2025, pukul 09.30 waktu Roma.
Liturgi agung di basilika yang dikenal sebagai “Ibu dan Kepala Semua Gereja di Kota dan Dunia” (Omnium Urbis et Orbis Ecclesiarum Mater et Caput) diiringi oleh Paduan Suara Keuskupan Roma dan Paduan Suara Kapel Sistina, menciptakan suasana doa yang khidmat dan penuh pujian.
Sekitar 2.700 umat hadir bersama 160 imam dan 10 uskup, termasuk Kardinal Baldassare Reina, Vikaris Jenderal Keuskupan Roma sekaligus Rektor Basilika Lateran, serta Uskup Renato Tarantelli Baccari, Wakil Vikaris Keuskupan Roma.
Gereja Sebagai Lokakarya Allah
Dalam homilinya, Paus Leo XIV menggambarkan Gereja sebagai “lokakarya besar Allah”, tempat umat beriman bekerja sama dalam rencana keselamatan.
“Yesus mengubah kita dan memanggil kita untuk bekerja di lokakarya besar Allah, membentuk kita dengan bijaksana sesuai rencana keselamatan-Nya,” ujar Paus.
Ia mengingatkan umat untuk tidak terburu-buru dalam membangun iman dan komunitas Gereja.
“Kita harus bebas dari kriteria dunia yang menuntut hasil instan, karena dunia tidak mengenal kebijaksanaan dalam menunggu,” tegasnya.
Mengambil inspirasi dari surat St. Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Kor 3:9–11), Paus menegaskan bahwa fondasi Gereja adalah Kristus sendiri.
“Kita, para pekerja di Gereja yang hidup, harus menggali dalam hati kita agar bangunan rohani tidak rapuh,” tambahnya.
Paus menekankan bahwa membangun Gereja bukan sekadar pekerjaan lahiriah, melainkan proses batin yang menuntut kerendahan hati, kesabaran, dan keterbukaan terhadap karya Roh Kudus.
Zakeus dan Pertemuan yang Mengubah Hati
Mengulas Injil Lukas tentang Zakeus, Paus Leo XIV menyoroti keberanian untuk meninggalkan kesombongan demi mencari wajah Allah.
“Seperti Zakeus yang memanjat pohon untuk melihat Yesus, kita pun harus berani meninggalkan kenyamanan dan gengsi pribadi agar dapat berjumpa dengan Kristus,” katanya.
Menurut Paus, perjumpaan pribadi dengan Yesus adalah awal dari hidup baru. “Tuhan membentuk kita dengan sabar,” ujarnya, “seperti tukang batu yang dengan hati-hati menata setiap batu agar menjadi bangunan yang indah di hadapan-Nya.”
“Di Roma, Kebaikan Besar Sedang Bertumbuh”
Paus Leo XIV juga menyinggung perjalanan sinodal Gereja Roma yang kini berada dalam tahap penerapan hasil sinode.
“Dalam sejarah Gereja selalu ada masa sulit, jeda, dan koreksi,” katanya. “Namun berkat ketekunan mereka yang datang sebelum kita, kita dapat berkumpul di tempat yang indah ini.”
Ia menambahkan bahwa meski perjalanan sinodal penuh tantangan, buah-buah kebaikan sedang tumbuh di Roma berkat usaha banyak orang.
“Jangan biarkan kelelahan membuat kita buta terhadap kebaikan yang sedang berkembang. Melalui kasih yang nyata, wajah Gereja dibentuk semakin jelas: Gereja sebagai seorang ibu,” tuturnya.
Liturgi: Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja
Dalam bagian akhir homilinya, Paus menekankan pentingnya liturgi sebagai pusat kehidupan Gereja, “puncak ke mana seluruh kegiatan Gereja diarahkan dan sumber dari mana seluruh kekuatannya mengalir.”
Ia mengingatkan agar liturgi dijalankan dengan kesungguhan, kesetiaan pada tradisi Romawi, dan semangat inkulturasi yang bijak.
“Keindahan sejati adalah cinta, dan cinta adalah kehidupan,” katanya mengutip St. Agustinus. “Semoga keindahan sederhana dari ritus kita menyingkapkan nilai ibadah sejati yang menumbuhkan seluruh Tubuh Kristus.”
Paus juga menegaskan bahwa liturgi bukan sekadar seremoni, melainkan tindakan kasih yang menyatukan umat Allahdan menguatkan mereka untuk mewartakan Kristus di dunia.
Sejarah Singkat Basilika Lateran
Basilika Santo Yohanes Lateran memiliki tempat istimewa dalam sejarah Gereja Katolik. Didirikan pada abad ke-4 atas prakarsa Kaisar Konstantinus, basilika ini menjadi gereja pertama yang dibangun secara terbuka bagi umat Kristen Setelah berabad-abad penganiayaan di bawah Kekaisaran Romawi.
Basilika ini ditahbiskan pada 9 November 324 oleh Paus Silvester I dan awalnya didedikasikan kepada Kristus Sang Juru Selamat (Santissimo Salvatore). Pada abad ke-9, Paus Sergius III menambahkan dedikasi kepada Santo Yohanes Pembaptis, dan pada abad ke-12, Paus Lucius II menambahkan Santo Yohanes Penginjil, sehingga nama lengkapnya kini adalah:
“Basilika Agung Paus dari Sang Juru Selamat Mahakudus serta Santo Yohanes Pembaptis dan Penginjil di Lateran.”
Selama berabad-abad, Basilika Lateran menjadi tempat tinggal resmi Paus sebelum Kepausan berpindah ke Vatikan. Lima Konsili Lateran yang bersejarah diadakan di sini antara abad ke-12 hingga ke-16, menghasilkan keputusan penting bagi Gereja universal. Hingga kini, basilika ini tetap menjadi simbol kesatuan Gereja Katolik di seluruh dunia.
Makna Pesta Dedicazione
Perayaan Dedicazione Lateranense setiap 9 November bukan sekadar mengenang bangunan kuno, melainkan menegaskan panggilan Gereja sebagai tanda kehadiran Allah yang hidup di tengah dunia.
Basilika Lateran mengingatkan umat beriman bahwa Gereja bukan hanya struktur batu dan marmer, tetapi komunitas umat yang hidup yang dibangun di atas dasar Kristus dan dipersatukan dalam kasih.
Sebagaimana Basilika Lateran menjadi pusat kesatuan Gereja universal, setiap umat dipanggil untuk memperbarui komitmen mereka dalam membangun Gereja yang penuh kasih, perdamaian, dan pengharapan.
“Kita semua adalah batu hidup dalam bangunan rohani yang sedang dikerjakan oleh Allah sendiri,” demikian pesan Paus Leo XIV, menutup homilinya.
















