Uskup Labuan Bajo Serukan Pariwisata yang Menyembuhkan, Bukan Mengeksploitasi

Table of Contents

 


Dalam pembukaan Festival Golo Koe 2025, Uskup Maksimus Regus Menegaskan bahwa pariwisata di daerah ini harus menjadi sarana pemulihan, bukan eksploitasi—mendorong persaudaraan, persatuan, dan kepedulian terhadap ciptaan di atas keserakahan yang hanya mengejar keuntungan.

Perayaan yang berlangsung sebulan penuh ini mengusung tema “Merajut Persatuan Bangsa dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif”. Festival dimulai pada 9 Juli dengan ziarah Bunda Maria Diangkat ke Surga Penjaga Nusantara dan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Agustus, bertepatan dengan Bulan Kemerdekaan Indonesia.
 

 
Diselenggarakan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Pulau Flores, festival ini menjadi salah satu ajang budaya dan religius tahunan terpenting di Indonesia Timur. Temanya sangat relevan bagi Labuan Bajo, destinasi wisata yang berkembang pesat dan terkenal di dunia karena keindahan pulau-pulaunya yang alami, kekayaan biota laut, serta Taman Nasional Komodo yang diakui UNESCO.

“Labuan Bajo adalah gambaran keindahan tanpa batas, anugerah abadi dari Tuhan, sepotong karya tangan-Nya,” ujar Uskup Regus di hadapan para peserta. Ia menekankan pentingnya pariwisata yang berlandaskan kepedulian ekologis, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan jangka panjang. Ia juga mengingatkan bahwa ambisi mengejar keuntungan tanpa batas dapat menjadikan keajaiban alam daerah ini sekadar komoditas, yang hanya memberi sedikit manfaat bagi masyarakat lokal.

Sejak pertama kali digelar empat tahun lalu, Festival Golo Koe mempromosikan pendekatan pariwisata yang holistik, mengintegrasikan dimensi religius, budaya, ekonomi, dan lintas agama. Uskup Regus menyebutnya sebagai “narasi tandingan terhadap kecenderungan eksploitasi pariwisata” sekaligus model kolaborasi antara pemerintah, Gereja, dan masyarakat sipil.
 


Uskup juga menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata RI, pemerintah daerah Manggarai Barat, otoritas pelabuhan, aparat kepolisian dan TNI, para imam, pelaku usaha kecil, serta semua pihak yang telah berkontribusi menyukseskan festival ini. “Semoga festival ini menjadi tanda bahwa pariwisata di Labuan Bajo dapat tumbuh secara berkelanjutan, sinodal, dan inklusif,” ujarnya.

Terletak di ujung barat Pulau Flores, Labuan Bajo telah menjadi salah satu destinasi wisata utama di Indonesia, menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia dengan pemandangan matahari terbenam yang memukau, ekosistem laut yang beragam, serta satwa unik komodo. Seiring Gereja turut ambil bagian dalam upaya menjaga ciptaan, Festival Golo Koe  menjadi pengingat bahwa keindahan adalah anugerah yang dipercayakan kepada semua orang—sebuah harta yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.



Posting Komentar