Api Roh Kudus di Cempaka Putih: Kisah Iman 171 Paskalis dan Paskalia Baru
Jakarta - Suasana haru dan penuh syukur menyelimuti Gereja Santo Paskalis, Paroki Cempaka Putih, pada hari Minggu, 10 Agustus 2025. Sebanyak 171 orang, yang terdiri dari remaja dan dewasa, menerima Sakramen Krisma. Momen ini terasa begitu istimewa karena para peserta datang dari berbagai latar belakang, termasuk baptisan baru dan mereka yang telah lama dibaptis, yang dengan penuh semangat diteguhkan imannya.
Misa Penguatan yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Kardinal Ignatius Suharyo, didampingi oleh Romo Thomas Ferry dan Romo Thobias, berjalan dengan sangat khidmat namun efisien, selesai hanya dalam waktu satu setengah jam. Pemandangan yang luar biasa adalah banyaknya peserta yang tampak meneteskan air mata haru setelah menerima urapan minyak krisma dan tepukan di pundak dari Bapak Uskup, sebuah lambang penguatan panggilan iman.
Perjalanan iman para krismawan/ti ini tidaklah singkat. Sejak bulan April 2025, mereka telah mengikuti kelas katekese yang dibimbing oleh para katekis, yaitu Bapak Charles Manulang, Ibu Martina, Ibu Rosita, dan Kak Risa Sembiring. Kesan yang didapat para peserta pun sangat mendalam. "Di Paroki Paskalis ini, pembelajaran Krisma yang saya ikuti pesertanya lebih banyak dan para pengajarnya pun sangat mendalami materi," ujar salah seorang peserta. "Jadi, saat penerimaan Sakramen Krisma, kami merasa benar-benar telah dikuatkan oleh Roh Kudus," lanjutnya.
Kisah Perjumpaan Iman yang Menggetarkan
Yang membuat Sakramen Krisma tahun ini begitu berwarna adalah kisah perjalanan iman para pesertanya yang datang dari keyakinan yang beragam. Sumardi Prihantoro, misalnya, berbagi pengalamannya beralih dari seorang Muslim menjadi Katolik. "Saya mengalami banyak perjumpaan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus kepada saya, mungkin melalui ilham atau mimpi," tuturnya. Ia merasa ditolong Tuhan saat berada dalam kondisi terpuruk, di mana satu per satu masalahnya diuraikan dengan cara yang terkadang tidak masuk akal, tetapi benar-benar terjadi.
Lain lagi dengan kisah David Surya yang berasal dari keyakinan Khonghucu. Setelah mendalami berbagai agama, ia akhirnya menjatuhkan pilihan pada iman Katolik. "Saya tertarik dan menjatuhkan pilihan pada agama Katolik karena di dalamnya, ajaran tentang penyembahan dan segala sesuatu telah diwartakan untuk keselamatan manusia," ungkapnya.
Ada pula kesaksian dari Keluarga Budiman yang sebelumnya menganut agama Buddha. Perjalanan mereka sekeluarga dimulai sekitar setahun yang lalu, ketika mereka merasa semakin tertarik untuk masuk Katolik, hingga akhirnya mengikuti kelas katekumen dan menerima Sakramen Krisma. Sementara itu, Ruth Johana, yang sebelumnya seorang Protestan, merasakan pertumbuhan iman yang luar biasa. "Kesan saya selama mengikuti iman Katolik adalah saya merasa semakin bertumbuh dan semakin dekat dengan Tuhan," katanya.
Panggilan untuk Melayani dan Bersaksi
Dengan penerimaan Sakramen Krisma, para peserta kini secara resmi menyandang nama Krisma baru yang diberikan oleh Gereja: Paskalis untuk pria dan Paskalia untuk wanita. Mereka semua didampingi oleh wali krisma yang juga disediakan oleh gereja, yaitu Bapak Charles Manulang dan Ibu Martina Sukmono Wati.
Semangat yang berkobar begitu terasa dari para Paskalis dan Paskalia baru ini. Dalam wawancara, mereka mengungkapkan kesiapan untuk bersaksi dan mewartakan Cinta Kasih Tuhan Yesus Kristus. Semangat ini selaras dengan harapan yang disampaikan oleh para pembimbing mereka. "Harapan saya sebagai seorang katekis adalah semoga semua peserta yang menerima Krisma mendapatkan berkat, dan juga menjadi daya gerak untuk melakukan pelayanan di komunitasnya, terutama di Gereja Paskalis ini," ujar seorang katekis paroki.
Pesan serupa juga datang dari umat lain, "Semoga dengan menerima Sakramen Krisma, kalian tetap semangat untuk mengikuti Yesus melalui pelayanan, baik di dalam keluarga, di dalam lingkungan, ataupun terlibat di komunitas-komunitas Gereja". Ruth Johana bahkan telah mengambil langkah nyata. "Sebagai janji iman, saya akan terus aktif. Saya juga tertarik untuk mengikuti pewartaan dan sudah mendaftarkan diri untuk Kursus Persiapan Pewartaan (CAP)," ujarnya penuh antusias.
Penerimaan Sakramen Penguatan ini menjadi sebuah awal baru. Seperti sebuah pantun penutup yang dilantunkan dengan ceria: "Kalau pergi ke Kudus, makan soto yang nikmat. Jadilah orang-orang kudus, sehingga hidup penuh berkat". Proficiat untuk 171 Paskalis dan Paskalia baru! Selamat menjadi saksi Kristus yang berani dan penuh kasih di tengah dunia.
Posting Komentar