Ibadah kekinian dalam Ziarah Porta Santa

Table of Contents
Penulis: Natalia Widiasari

Di libur Paskah yang lalu, Ibu Yanti dan keluarganya yang terdiri dari suami dan tiga anaknya melakukan safari Porta Sancta. Dalam dua hari, Ibu Yanti dan keluarga menyambangi total sembilan gereja yang berada di Keuskupan Agung Jakarta. 

Uniknya, semua gereja yang berada di Keuskupan Agung Jakarta, menyediakan cap gereja untuk dibubuhkan di buku kecil yang disebut Paspor Porta Sancta. Saat ini, buku kecil yang disebut sebagai Paspor Porta Sancta tersedia di marketplace dengan beragam bentuk. Ada yang berbentuk booklet dilipat dua dengan kolom-kolom kosong untuk membubuhi cap. 

Adapula yang berbentuk notebook, berisi keterangan gereja-gereja yang termasuk Keuskupan Agung Jakarta, disertai sticker foto gereja-gereja tersebut. Sticker foto gereja dapat disandingkan bersama dengan cap, saat umat pemegang paspor sudah menziarahi gereja terkait

Buku paspor Porta Sancta yang dilengkapi dengan sticker (Foto: Natalia Widiasari)

Jika Ibu Yanti dan keluarganya memilih untuk melakukan kunjungan sembilan gereja (Visita Iglesia) dengan mobil dalam waktu yang relatif singkat, pengalaman berbeda justru dijalani oleh Ibu Yashinta Soelasih. Bersama seorang rekannya, Ibu Yashinta melakukan ziarah dengan menggunakan transportasi umum, lalu berjalan kaki dari satu gereja ke gereja lain di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.

Mereka sengaja memilih gereja-gereja yang lokasinya berdekatan untuk lebih menghayati makna peziarahan, seperti berjalan dari Gereja Santo Yohanes Penginjil di Paroki Blok B, Kebayoran Baru menuju Gereja Santa Perawan Maria Ratu di Paroki Blok Q yang juga berada di Kebayoran Baru. Mereka juga menyusun rute yang dekat dengan akses transportasi umum, termasuk Gereja Santa Theresia di Menteng dan Gereja Santa Maria de Fatima di kawasan Kota Tua, yang dikenal dengan arsitektur khas Tionghoa-nya.

Ziarah yang dilakukan Ibu Yashinta tak hanya bersifat rohani, tapi juga menjadi kesempatan untuk wisata rohani dan budaya. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Gereja Katedral Jakarta dan mengakhiri kunjungan di Gereja Hati Kudus, Paroki Kramat. Dalam sehari, ia bisa mengunjungi hingga lima gereja.
Di Keuskupan Agung Jakarta, perayaan Tahun Yubelium 2025 dimulai secara serentak pada tanggal 4 Januari dengan pembukaan Porta Sancta di seluruh paroki. 

Teks resmi Tahun Yubelium dibacakan oleh para imam saat Misa Malam Natal. Semangat Yubelium ini kemudian menyebar ke berbagai gereja di Indonesia, yang turut menghias area Porta Sancta dengan simbol-simbol khusus dan menghadirkan karakter anak-anak seperti Luce dan teman-temannya — Fe, Xin, Sky, seekor anjing bernama Santino, malaikat kecil bernama Lubi, serta burung merpati bernama Aura.

Kehadiran Porta Sancta dan karakter-karakter ini memberi warna khas pada perayaan Yubelium di Indonesia, memperkaya pengalaman iman umat dalam ziarah rohani mereka.

Ki-ka: Porta Sancta di Gereja Beate Mariae Virginis Katedral Bogor, Luce dan teman-teman dihadirkan di halaman samping gereja (Foto: Natalia Widiasari)

Antusiasme umat Katolik di Indonesia untuk melakukan peziarahan sembilan gereja juga dapat diamati dari berbagai program ziarah yang ditawarkan melalui media sosial. Di media sosial ditemukan juga berbagai konten terkait tata cara peziarahan Porta Sancta. 

Di satu sisi, dinamika ini mengundang kritik bahwa ziarah Porta Sancta semata-mata adalah wisata religi, yang melibatkan kemampuan finansial untuk menjalankannya. Meski demikian, di tengah gempuran rangsangan visual berlebihan, terutama melalui media sosial, ziarah Porta Sancta ini dapat menjadi penyeimbang. 

Ziarah dimaknai sebagai perjalanan spiritual untuk merefleksikan diri, mendekatkan diri kepada Tuhan dan meneguhkan nilai-nilai spiritual yang diyakini. Nuansa ini identik dengan generasi yang lebih senior, yang memiliki kematangan emosional maupun spiritual. Untuk generasi yang lebih muda, dalam hal ini anak-anak usia sekolah, sah saja jika ziarah dilihat sebagai upaya mengoleksi foto-foto instagramable dari berbagai dekorasi Porta Sancta. 

Di mana eksistensi individu di jaman ini seringkali dinilai dari foto-foto yang diunggah dan dibagikan di akun media sosial. Ziarah Porta Sancta sebagai laku spiritual sekaligus identifikasi sebagai umat Katolik dirasa cocok dan relevan dengan perkembangan jaman, yang mengedepankan pengalaman multi sensory untuk dapat memahami dan mengkhayati sesuatu yang relatif abstrak. 

Tahun Yubelium 2025 ditandai dengan dibukanya Pintu Suci Basilika Santo Petrus oleh almarhum Paus Fransiskus pada malam Natal, 24 Desember 2024. Dalam tradisi Yahudi, tahun “Yobel” dimaknai dengan pembebasan para budak dan pembebasan hutang. Kemudian pada tahun 1970 Paus Paulus II mengubah Tahun Yobel sebagai perayaan setiap 25 tahun. Meski Paus dapat pula mengadakan Tahun Yubelium Luar Biasa. Tahun Yubelium ini merupakan waktu untuk pembaruan spiritual, penebusan dosa, dan perbuatan amal kasih

Posting Komentar