Ketika Sakit Menyapa, Doa Adalah Sahabat Setia
Pernah nggak sih, kamu merasa begitu lemah dan tak berdaya ketika sakit datang menyapa? Rasanya semua rencana berantakan, tubuh nggak bisa diajak kompromi, dan kadang, pikiran pun ikut kalut. Di saat-saat seperti itu, seringkali muncul pertanyaan di benak kita, "Bagaimana ya, cara berdoa yang pas saat lagi sakit begini?" Tenang, kamu nggak sendirian kok. Banyak dari kita yang mungkin bingung, apakah doa kita masih 'didengar' atau 'berarti' ketika kita hanya bisa berbisik lirih dari tempat tidur.
Sebenarnya, Tuhan itu Maha Pengertian, lho. Dia tahu persis apa yang kita rasakan, bahkan sebelum kita sempat mengutarakannya. Saat sakit, doa justru bisa menjadi sahabat paling setia, sumber kekuatan yang nggak terduga. Nggak perlu doa yang panjang atau pakai kata-kata puitis yang rumit. Ingat saja, doa itu kan percakapan dari hati ke hati dengan Bapa di Surga. Jadi, sesederhana apapun kondisimu, doa tetaplah berharga. Dalam Filipi 4:6-7, kita diingatkan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Ayat ini seolah menjadi oase di tengah kegelisahan kita saat sakit, bahwa dengan menyerahkan kekhawatiran kita dalam doa, ada damai sejahtera yang melampaui logika manusia siap menjaga hati kita.
Lalu, bagaimana konkretnya? Pertama, jujur saja sama Tuhan. Kalau lagi merasa sakit banget, bilang. Kalau takut atau cemas, ungkapkan. Tuhan itu pendengar yang baik. Nggak perlu malu atau merasa doamu jadi keluhan semata. Justru dengan kejujuran itulah, kita membuka diri untuk disentuh oleh kasih-Nya. Kedua, jangan lupa mengucap syukur. Loh, lagi sakit kok disuruh bersyukur? Iya, betul. Coba deh, di tengah rasa sakit itu, cari satu atau dua hal kecil yang masih bisa disyukuri. Mungkin perhatian dari keluarga, sahabat yang menjenguk, atau bahkan kesempatan untuk beristirahat. Syukur itu membuka pintu berkat dan mengubah perspektif kita.
Selain itu, kita juga bisa mendoakan orang lain. Mungkin ada teman atau kerabat yang juga sedang sakit, atau para dokter dan perawat yang merawat kita. Mendoakan orang lain saat kita sendiri sedang dalam kesulitan itu punya kekuatan tersendiri, lho. Itu menunjukkan bahwa kasih kita nggak egois, dan seringkali, saat kita mendoakan orang lain, kita sendiri merasa dikuatkan. Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan kita bahwa doa permohonan adalah bagian penting dari kehidupan doa kita, di mana kita memohon rahmat, pengampunan, dan kebutuhan kita kepada Tuhan (bdk. KGK 2629-2633). Dalam keadaan sakit, permohonan untuk kesembuhan, kekuatan, dan kesabaran adalah hal yang sangat wajar dan dianjurkan.
Ada kalanya, doa terbaik adalah doa penyerahan diri. Mungkin kita sudah berusaha berobat, sudah berdoa mohon kesembuhan, tapi kondisi belum juga membaik seperti yang diharapkan. Di titik inilah, kita diajak untuk berserah pada kehendak Tuhan, seperti Yesus sendiri yang berdoa di Taman Getsemani, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi janganlah menurut kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Penyerahan diri ini bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi lebih kepada mempercayakan seluruh hidup kita ke dalam tangan Penyelenggaraan Ilahi yang penuh kasih.
Kitab Suci juga memberikan kita banyak contoh dan dukungan. Mazmur 23, misalnya, "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." Membaca atau merenungkan ayat-ayat seperti ini bisa menjadi doa yang menenangkan jiwa yang sedang gundah karena sakit. Bahkan, Gereja Katolik memiliki sakramen khusus untuk orang sakit, yaitu Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dalam Surat Yakobus 5:14-15 dikatakan, "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni." Sakramen ini, seperti yang diajarkan dalam KGK 1511, bukanlah sakramen untuk mereka yang sudah di ambang kematian saja, tetapi untuk siapa saja yang mulai berada dalam bahaya maut karena penyakit atau usia lanjut. Sakramen ini memberikan rahmat penghiburan, kedamaian, dan kekuatan.
Jadi, sahabat, saat sakit melanda, jangan pernah merasa doamu sia-sia. Justru di saat itulah, Tuhan ingin mendengar suaramu lebih dekat. Entah itu bisikan lirih, keluhan jujur, ucapan syukur, ataupun doa penyerahan diri. Setiap kata yang terucap dari hati yang tulus akan sampai kepada-Nya. Doa menjadi jembatan pengharapan, pengingat bahwa kita tidak pernah sendiri dalam melewati setiap musim kehidupan, termasuk musim sakit. Semoga, dengan terus berdoa, kita menemukan ketenangan, kekuatan, dan mungkin juga kesembuhan yang kita dambakan, seturut dengan kehendak-Nya yang terbaik.
Bagaimana pengalamanmu berdoa saat sakit? Adakah cara atau doa khusus yang biasanya kamu panjatkan? Yuk, bagikan ceritamu di kolom komentar, siapa tahu bisa menguatkan teman-teman lain yang sedang membaca tulisan ini. Mari saling mendukung dalam doa!
Posting Komentar