Tersesat? Jangan Panik! Ini Langkah Awal Menemukan Kembali Tujuan Hidupmu Bersama Tuhan

Table of Contents



Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yakobus 1:5).

Pernahkah kamu berdiri di persimpangan hidup, merasa seperti berjalan dalam kabut tebal? Tujuan yang dulu jelas kini memudar, langkah terasa berat, dan hati bertanya-tanya, "Ke mana sebenarnya aku akan pergi?" Perasaan "tersesat" ini adalah pengalaman manusiawi yang bisa menyergap siapa saja, membuat kita gamang dan mungkin meragukan segalanya. Namun, di tengah ketidakpastian itu, ada sebuah jangkar yang selalu bisa kita pegang, sebuah mercusuar yang tak pernah padam: Tuhan. Bagi kita, umat Katolik, inilah panggilan pertama dan utama saat kompas hidup terasa tak berfungsi.

Ketika dunia terasa membingungkan, langkah paling mendasar adalah mendekatkan diri kembali kepada Tuhan melalui doa dan perenungan. Ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah undangan untuk masuk dalam dialog intim dengan Sang Pencipta. Kitab Suci sendiri mengingatkan, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yakobus 1:5). 

Maka, dalam doa, kita tidak hanya memohon, tetapi kita mengangkat jiwa kita, sebagaimana Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa "Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik" (KGK 2559). Serukanlah dari lubuk hati seperti pemazmur, "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari" (Mazmur 25:4-5). Perenungan atas Firman-Nya dan ajaran Gereja akan menjadi cahaya yang menerangi peta perjalanan kita.

Perjalanan menemukan kembali arah ini tidak harus ditempuh dalam kesendirian. Tuhan menganugerahkan kita Gereja, sebuah persekutuan. Jangan ragu untuk mencari dukungan spiritual. Berbicaralah dengan pastor, pembimbing rohani, atau saudara-seimandalam komunitas. Mereka adalah karunia yang bisa menjadi penopang, cermin, sekaligus penunjuk jalan. Alkitab mendorong kita, "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, ... tetapi marilah kita saling menasihati" (Ibrani 10:24-25). Dalam kebersamaan inilah kita dapat "bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Dukungan ini adalah benteng yang menguatkan kita untuk menghindari penyerahan diri pada keputusasaan.

Iman yang sejati tak berhenti di bibir, namun mewujud dalam tindakan nyata. Maka, jalani kehidupan sehari-hari dengan tekun dan penuh kasih. Setiap tanggung jawab, sekecil apa pun, yang dilakukan dengan cinta, menjadi persembahan yang harum di hadapan Tuhan. Sempurnakan langkah imanmu dengan menggunakan rahmat Sakramen yang telah disediakan Gereja. Terutama Sakramen Tobat, ia adalah anugerah penyembuhan yang luar biasa. Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa "Seluruh daya guna Sakramen Tobat terletak dalam usaha memulihkan kita kembali ke dalam rahmat Allah dan mempersatukan kita dengan Dia dalam keakraban penuh" (KGK 1468). Melalui pengakuan dosa, kita dibersihkan, hati menjadi ringan, dan pandangan menjadi lebih jernih untuk melihat jalan yang Tuhan sediakan.

Tentu saja, kompas utama kita adalah Firman Tuhan dalam Alkitab. Ia bukan sekadar buku kuno, melainkan surat cinta Tuhan yang hidup dan relevan. Sebagaimana dikatakan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Timotius 3:16-17). Luangkan waktu untuk membaca, merenungkan, dan membiarkan Sabda-Nya membentukmu. Bersamaan dengan itu, kenalilah kelebihan dan talenta yang telah Tuhan percayakan. Untuk apa semua karunia ini jika bukan untuk dimuliakan Nama-Nya dan melayani sesama? Menemukan panggilan untuk berkontribusi seringkali membuka pintu menuju pemahaman akan tujuan hidup yang lebih dalam.

Dalam riuhnya dunia, carilah ketenangan dan keheningan. Ciptakan ruang dan waktu untuk beristirahat, menjauh sejenak dari segala distraksi, agar suara lembut Tuhan dapat terdengar. Saat hati mulai tenang, rencanakan langkah-langkah kecil yang konkret. Sebuah perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah. Jangan terbebani dengan tujuan besar yang tampak jauh, fokuslah pada apa yang bisa kamu lakukan hari ini. Dan yang tak kalah esensial, peliharalah pikiran positif dan sikap optimis. Ini bukan berarti menyangkal kesulitan, tetapi memilih untuk berpegang pada harapan. Rasul Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:6-7). Ingatlah selalu untuk "bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).

Sahabat, merasa kehilangan arah itu sebuah kewajaran dalam ziarah hidup ini. Namun, jangan biarkan dirimu terlarut terlalu lama. Tuhan tidak pernah menjanjikan perjalanan yang selalu mulus, tetapi Dia berjanji untuk selalu menyertai. Dia memiliki rancangan indah untukmu, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11). Kembalilah pada-Nya, Sang Kompas Ilahi, dan percayalah, Dia akan menuntunmu menemukan kembali jalan yang penuh makna dan sukacita.

Bagaimana pengalamanmu dalam menemukan kembali arah hidup? Adakah ayat atau nasihat yang besonders menguatkanmu? Bagikanlah di kolom komentar, karena kesaksianmu bisa menjadi cahaya bagi mereka yang sedang berjalan dalam kegelapan.

-Maria Frani Ayu Andari Dias-

Posting Komentar